Sosok tegap itu tak setegar hatinya
ketika melihat si kecil menangis karna sakit, hatinya pilu bagai di bilah
pisau. Andai bisa bertukar tempat mungkin ia akan memilih menggantikan tempat
si kecil, karna ia adalah seorang ayah.
Ia rela menahan lapar hanya untuk
memenuhi keinginan anaknya membeli seragam baru. Ia rela mengayuh sepeda butut
hanya untuk menabung biaya sekolah anaknya. Takkan ada seorang ayah pun yang
tega melihat anaknya menangisi sesuatu yang diinginkannya, jika saat ini
mungkin ia tak sanggup membelikannya mungkin nanti ia akan menabung dan menahan
lapar untuk membelikannya.
Berkali-kali seorang anak membantah
dan mengecewakannya namun ia pasti memiliki beribu-ribu maaf. Ia terdiam bukan
berarti tak mendengar atau bahkan tak perduli, ia diam karna tau segalanya
tentang kita. Sikap dinginnya bukan
berarti mengacuhkanmu, tapi itu caranya mengungkapkan ‘tolong pahami ayahmu’.
Kamu anak yang beruntung, setiap
hari makan enak dan banyak. Ayahmu dulu makan telur pun hanya sesekali dan kamu
harus tau telur itu bukan telur utuh, karna harus berbagi dengan adik-adik
ayah. Sekarang kamu sudah nyaman, setiap hari berangkat sekolah menaiki motor
sendiri, tapi tetap terlambat masuk sekolah. Ayahmu dulu berangkat sekolah
berjalan kaki, karna takut terlambat maka ayah berangkat setelah shalat subuh,
meski dingin menusuk tulang harus mandi dan berangkat di pagi buta tapi semua
ini demi cita-cita. Kamu tak harus seperti ayah, ayah akan menyayangimu apapun
adanya kamu.
Melihat lusuhnya jaket yang tergantung,
aku tau ia telah bekerja begitu keras. Ayah kau tau, betapa aku merindukanmu
disini? Betapa aku ingin memelukmu saat ini? Betapa aku ingin kau tau dibalik
rengekan tangisku, aku begitu menyayangimu… I love u
so much..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar